Kamis, 14 Februari 2008

SYOK SPINAL



Manifestasi Klinis Syok Spinal

  • Paralisis flaksid di bawah tingkat cedera
  • Tak adanya sensasi kutan. dan proprioseptif
  • Hipotensi dan bradikardI
  • Tak adanya aktivitas refleks di bawah tingkat cedera; ini dapat menyebabkan retensi urine, paralisis usus dan ileus
  • Kehilangan kontrol suhu;
    vasodilatasi dan ketidakmampuan untuk menggigil membuat ini sulit bagi pasien untuk mengubah panas dalam lingkungan dingin, dan ketidakmampuan untuk berkeringat mencegah pendinginan normal pada lingkungan panas
  • Penampakan ulang refleks yang telah ditekan setelah cedera adalah tanda bahwa syok spinal membaik

Instruksi Perawatan Kulit untuk Pasien CMS

  1. Gunakan penyokong tubuh di mobil, bila anda memilikinya, karena alat ini akan mempertahankan kaki sesuai keinginan anda dan membantu mempertahankan keseimbangan
  2. Bila bepergian dengan van, yakinkan kursi roda diamankan terhadap lantai dan sabuk pengaman digunakan
  3. Pakai stoking elastik atau duk Ace atau pengikat abdomen untuk mencegah tekanan kulit.
  4. Periksa tangan, kaki, tungkai terhadap pembengkakan. Angkat ekstremitas yang bengkak ke atas setinggi jantung. Bila pembengkakan tidak menurun dalam 6-8 jam, beri tahu dokter anda.
  5. Gunakan losion atau krim pelumas lain jika anda mempunyai jenis kulit kering
  6. Lindungi kulit dari keringat, feses dan urine.
  7. Gunakan sabuk pengaman dengan tepat, sepatu dan kaus kaki. Tarik ujung kaus kaki bagian ibu jari setelah memasang untuk mencegah tidak bertumbuhnya kuku ibu jari. Yakinkan pakaian tidak ketat.
  8. Hindari pemakaian cincin karet karena hal itu dapat menyebabkan penekanan pada kulit dan menghentikan aliran darah ke daerah kulit bagian dalam gelang tersebut
  9. Hindari pemakaian pakaian dari bahan nilon karena bahan tersebut menahan kelembaban
  10. Membawa koin, uang kertas, atau kunci pada tempatnya daripada, di saku.
  11. Barang-barang seperti asbak dari logam tipis tidak boleh diletakkan di pangkuan anda, karena panas dari logarn dapat takterdeteksi dan menyebabkan luka bakar.
  12. Hindari duduk di atas tempat duduk mobil dari bahan vinil yang telah terjemur panas matahari tanpa ditutupi dengan handuk atau selimut.
  13. Penggunaan botol air panas, bantalan pemanas, dan selimut listrik harus dihindari.
  14. Gunakan sepatu ketika di kursi roda untuk menghindari benturan dan gesekan kaki atau ibu j ari anda.

Langkah-Langkah Program Latihan Usus

Tujuan: untuk mempertahankan dan mencapai inkontinensia usus.

1. Tentukan kebiasan buang air besar sebelum cederajika mungkin.
2. Ikuti program buang air besar yang dibuat. Contoh dari program buang air besar adalah:

Untuk pasien yang dibantu dalam makan (makanan per selang.atau makanan reguler):

  • Colase 100 mg per oral atau melalui selang NG tiga kali sehari.
  • Dulcolax supositoria setiap malam kecuali pasien telah buang air besar siang harinya.
  • Susu magnesium 30 ml per oral atau melalui selang NG setiap dua malam atau pada tanggal tertentu kecuali pasien telah buang- air besar siang harinya.

Pada pasien yang sedang dalam keadaan puasa:

  • Dulcolax supositoria setiap dua malam pada tanggal tertentu.

    3. Enema dapat diberikan setiap hari sampai timbul peristaltik. Ini terdiri dari pemberian kira-kira satu liter air hangat enema dan kemudian pegang wadah di bawah ketinggian tempat tidur yang memungkinkan air mengalir kembali dan ulang prosedur ini beberapa kali.

    4. Gunakan program defekasi dalam hubungannya dengan rangsangan jari. Rangsangan jari terdiri dari pernasukan jari dengan sarung tangan yang diberi pelumas ke dalam sfingter anal, dengan gerakan rotasi jari tangan sekitar sfingter. Sfingter akan secara. perlahan dilatasi saat rangsangan terjadi. Jari dimasukan kira- kira setengah panjangnya, dan rotasi memutar diberikan terus menerus selama 15-20 menit sampai feses melalui rektum dan kemudian dievaluasi dari rektum.

    5. Bila pola evakuasi dibuat, gunakan hanya rangsangan jari bila mungkin, keluarkan supositoria. Gunakan hanya program defekasi pada individu yang takmampu mentoleransi rangsangjari.

    6. Gunakan rangsang jari setelah setiap gerakan usus involunter sementara pola defekasi dibuat.

    7. Ubah program defekasi sesuai kebutuhan individu yang ditentukan oleh konsistensi feses.

    8. Gunakan salep Nupercainal atau jeli Xylocaine untuk memasukan supositoria atau untuk melakukan rangsangan jari jika pasien cenderung terhadap periode disrefleksia otonomik. Jeli atau salep dapat digunakan pada rektum dan sekitar sfingter anal sebelum memasukan supositoria atau memasukan jari.

    9. Pertahankan masukan tinggi cairan jika tidak dikontraindikasi-sebagai contoh, pada kasus pernbatasan cairan atau peningkatan tekanan intrakranial.

    10. Gunakan bantalan inkontinen daripada bedpan bila memberi perawatan defekasi rutin. Bedpan tidak bekerja baik untuk alasan ini: alat ini keras dan dapat menyebabkan tekanan area di atas koksigis; ini tidak memungkinkan akses terhadap anus untuk rangsangan jari; dan ini dapat mengganggu kesejajaran spinal yang perlu untuk pemulihan tepat pada pasien cedera medulla spinalis.

    11. Beri tahu dokter tentang diare berat dan lama, impaksi, perdarahan rektal, atau hemoroid.

    Disrefleksia Otonomik

    Disrefleksia otonomik, atau hiperrefleksia, adalah sindrom Yang kadang-kadang terjadi setelah fase akut pada. pasien dengan lesi medulla spinal T7 atau di atasnya, dan memerlukan kedaruratan medis. Sindrom terjadi dengan cepat dann dapat mencetuskan kejang atau stroke. Kernatian dapat terjadi bila penyebab tidak hilang.

    Sindrom dapat dicetuskan melalui kandung kemih atau distensi usus, spastisitas, ulkus dekubitus, atau rangsangan dari kulit di bawah tingkat cedera. Ejakulasi pada pria dapat menimbulkan refleks, dapat sekuat kontraksi uterus pada wanita hamil

    Potensial Faktor Pencetus Disrefleksia Otonomik

    Distensi kandung kemih atau infeksi saluran perkemihan
    Batu kandung kemih/ginjal
    Tekanan area atau dekubitus
    Tromboflebitis
    Masalah abdominal akut seperti ulkus, gastritis
    Emboli paru
    Persalinan kala dua
    Pakaian ketat
    Tulang heterotopik
    Nyeri
    Aktivitas seksual; ejakulasi pada pria
    Manipulasi/pemasangan alat pada kandung kernih atau usus
    Spastisitas
    Pemajanan pada rangsang panas atau dingin
    Manifestasi Disrefleksia Otonomik
    Hipertensi paroksismal
    Sakit kepala terasa dipukul-pukul
    Penglihatan kabur
    Bradikardia
    Berkeringat banyak di atas tingkat cedera
    Kemerahan wajah atau bercak pada wajah dan leher
    Piloekersi
    Kongesti nasal
    Mual
    Dilatasi pupil


    Daftar Tindakan Keperawatan untuk Disrefleksia Otonomik

    1. Tinggikan kepala tempat tidur.

    2. Pasang manset pengukur tekanan darah dan lakukan perneriksaan tekanan darah setiap I'sampai 2 menit.

    A. Jika tekanan darah di atas 180/90 mm Hg, lanjutkan ke langkah 5.
    B. Jika tekanan darah di bawah 180/90 mm Hg, lanjutkan sesuai berikut ini.

    3. Pasang kateter secepatnya atau periksa gistem drainase kandung kemih yang terpasang untuk mendeteksi kemungkinan obstruksi.

    A. Periksa untuk meyakinkan plak atau klem tidak di dalam kateter atau selang
    B. Periksa terhadap lipatan kateter atau selang drainase
    C. Periksa lubang masuk pada kantung kaki untuk meyakinkan ini tidak rusak.
    D. Periksa untuk meyakinkan kantung kaki tidak penuh.
    E. Bila takada dari hal di atas, lanjutkan pada langkah 4.

    4. Tentukan jika kateter terdapat plak dengan mengirigasi kandung kemih perlahan tidak lebih dari 30 ml larutan irigasi. Penggunaan larutan lebih banyak dapat meningkatkan gejala aliran ke luar masif telah terjadi. Bila gejala tidak berkurang, lanjutkan pada langkah 5

    5. Ganti kateter dan kosongkan kandung kernih.

    6. Jika anda yakin kandung kemih telah kosong dan TD adalah;
    Di atas 180/90 mm Hg, hubungi dokter dengan segera.
    B. Di bawab 180/90 mm Hg lanjutan pada:

    Pemberian atropin sesuai pesanan dokter. Bila TD meningkat atau gagal untuk berkurang, beri tahu dokter dengan segera. Ismelin, Apresoline, atau amil nitrat inhalasi dapat dipesankan oleh dokter, Dibenzilen dapat digunakan untuk disrefleksia kronik.

    7. Idealnya, prosedur ini membutuhkan tiga orang: satu untuk memeriksa sistem drainase, dan satu untuk memberi tahu dokter.

    Bila kandung kemih distensi berlebihan bukan menyebabkan disrefleksia.

    1. Periksa terhadap impaksi usus. Jangan berupaya untuk menghilangkannya, bila ada. Berikan salep Nupercainal atau jeli Xylocaine pada rektum dan area anal. Saat area dianestesi, TD harus turun. Setelah TD menjadi stabil, gunakan salep anestesi ataujeli banyak, secara manual hilangkan impaksi.

    2. Ubah posisi pasien. Tekanan area mungkin menjadi sumber disrefleksia.


    Langkah-Langkah Protokol Kateterisasi Intermiten

    Tujuan kateterisasi intermiten: Untuk menghilangkan kebutuhan terhadap kateter uretral indwelling atau suprapubik, sebagai akibatnya menurunkan insiden komplikasi saluran perkernihan, sebgai contoh, infeksi, abses periuretral, dan epididimitis, dan untuk menciptakan dan mempertahankan keamanan, kondisi bebas kateter pada pasien dengan kandung kemih neurogenik.

    1. Batasi masukan cairan sampai 600-800 ml diantara kateterisasi
    2. Kateterisasi pasien setiap 4 jam pada awal. Bila volume residu urine secara konsisten kuran g dari 400 ml/2 hari, turunkan kateterisasi setiap 6 jam.
    3. Catatjumlah berkernih dan residu pada catatan masukan dan haluaran
    4. Turunkan jumlah kateterisasi bila jurnlah berkernih meningkat atau residu berkurang
    5. Kateterisasi pasien setiap 8 jam bila volume residu urine secara konsisten kurang dari 300 ml/2 hari
    6. Kateterisasi pasien setiap 12 jam bila volume residu urine secara konsisten kurang dari 200 ml/2 hari
    7. Kateterisasi pasien setiap 24 jam bila volume residu urine secara konsisten kurang dari 150 ml/2 hari
    8. Kateterisasi pascaberkernih setiap dua hari selama I minggu bila residu secara konsisten kurang dari 100 m1/2 hari
    9. Kateterisasi pascaberkernih untuk mengukur volume residu urine setiap hari ketiga selama I minggu, kemudian sekali seminggu, dan kemudian sekali sebulan selama 3 bulan. Selama pasien di rumah sakit, kateterisasi pascaberkernih untuk mengukur volume residu urine bila da infeksi urine ditunjukkan.
    10. Ambil kultur urine saat memulai program dan setiap 7 hari setelahnya.
    11. Bila pasien mulai berkernih diantara kateterisasi, gunakan penampung ekstrenal untuk mempertahankan kontinens pada pria. Putar di sekitar penis tetapi jangan tumpah.
    12. Sebelum prosedur kateterisasi, bantu pasien untuk mengosongkan kandung kemih dengan manuver Cred6 atau Valsalva, dilatasi anal, atau metode lain yang mencetuskan berkernih pada pasien tertentu. Kadang-kadang ketukan atau perkusi kandung kemih dengan satu atau duajari akan menimbulkan berkernih.
    13. Beri tahu dokter tentang kesulitan kateterisasi, peningkatan sedimen atau mukus pada urine, hematuria, atau residu tinggi terus menerus (lebih dari 500 ml)


    Perawatan Pasien pada Penyokong Halo

    Pertahankan plester memilin ke depan batang-silang sehingga rompi anterior dapat dilepaskan sehingga perlu ditinggikan untuk melakukan RJP (beberapa model ditekuk untuk memberi akses ke dada)

    Pindahkan pasien ke unit. Jangan pernah menggunakan batang untuk memindahkan atau menggulingkan pasien.

    Periksa pen tengkorak setiap hari. Bila lepas pada pengencangan jari, laporkan pada dokter. Pen harusnya takmenimbulkan nyeri pada pasien saat dipasang, kecuali lepas.

    Bersihkan sisi pen dua kali sehari sesuai program untukmencegah infekM (biasanya dengan Betadine dan aplikator berujung kapas).

    Tempatkan sumbat karet di atas ujung pen halo untuk mengurangi menambah bunyi dan untuk melindungi orang yang merawat pasien.

    Hindari menempatkan bantal secara langsung di bawah cincin halo. Gulungan handuk digunakan untuk menyokong leher.

    Periksa tepi rompi untuk kenyamanan clan ketepatan dengan memasukan jari diantara jaket dan kulit pasien. Bila jaket terlalu ketat, kerusakan kulit, edema, dan kemungkinan kerusakan saraf dapat terjadi.

    Perikasa semua ikatan dan baut terhadap keketatan setiap hari

    Selipkan pengalas diantara rompi clan kulit pasien setiap hari untuk memeriksa bukti kerusakan kulit (drainase serosanguinosa)

    Anjurkan pasien untuk tidur tengkurap, menggunakan bantal di bawah panggul dan dada dan handuk atau bantal kecil untuk menyokong kepala.

    Keluhan kesulitan menelan harus clikaji dengan ketat. Gejala ini sering menunjukkan hiperekstensi berlebihan dari leher dan penilaian harus dibuat terhadap, halo dengan segera untuk memperbaiki kesejajaran yang tepat.

    Lebih daripada fenomena psikologis baru yang telah diobservasi pada pasien yang dilepas penyokong halonya pada pertama kali, setelah 12 sampai 16 minggu. Meskipun pasien telah diberitahu secara berulang kali selama periode penglepasan sebelumnya dari penyokong bahwa defisitnya permanen, banyak pasien tampak menganggap defisit karena menggunakan penyokong halo mereka. Mungkin secara taksadar, mereka yakin bahwa setelah halo dilepas, mereka akan membaik. Bila penglepasan penyokong halo ticlak memperbaiki defisit mereka, mereka mengalami depresi bermakna dan mulai merasa bercluka terhadap kehilangan bahwa sebenarnya kehilangan telah terjadi beberapa bulan sebelumnya. Ini disesbut depresi pasca-halo, dan dapat merupakan masalah bermakna. intervensi dengan dukungan psikologis mungkin perlu pada saat ini.

Tidak ada komentar: